Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen ‘Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan.’ #SafetyFirst Diselenggarakan oleh Yayasan Astra-Hoda Motor dan Nulisbuku.com
Matahari mulai
menampakan cahayanya, tanda bahwa hari sudah pagi. kali ini aku diantar oleh ayah untuk
mengawali aktivitasku. Setelah melewati libur panjang yang begitu berarti. Dalam
setiap aktivitas tak pernah kulewatkan untuk berdoa dan mengucap syukur atas
nikmat yang kuterima hari ini. Karena setiap hari aka nada nikmat yang berbeda
yang selalu kita rasakan walau terkadang kita tak tau entah lewat siapa nikmat
itu akan sampai kepada kita.
“Wi..Wi.. kamu mau
jalan jam berapa? Ayah sudah kesiangan nih” teriak ayah dari halaman
“Iya ayah, aku
berangkat sekarang.Aku turun” bergegas mengambil tas dan segala perlengkapannya
Dug..dug.dug aku
melangkah cepat menuruni anak tangga,karena kulihat jam sudah menunjukkan pukul
enam tiga puluh menit. Sedangkan aku harus tiba disekolah sebelum pukul tujuh.
“Duh wi.. hati hati
kalau menuruni tangga, nanti kalau kamu kepelesetgiman?” tegur ibu padaku
“Iya bu, maaf, uwi
terburu buru, abis ayah memanggilku dari halaman, dan aku juga udah kesiangan bu”jawabku.
“Iya nak, tapi hati
hati lah.. nanti kalau jatuh juga kamu yang rugi , gak bisa berangkat kesekolah
loh” balas ibu
“Iya bu, besok gak lagi
– lagi deh” bujukku sambil mengecup kening dan tangan ibu.
Semua kulakukan sebelum
berangkat kesekolah. Karena sudah menjadi kebiasaan dalam keluargaku. Menandakan
sopan santun kepada orangtua dan akan terus mengalir hingga nanti aku menikah
dan akan aku ajarkan kepada anak-anakku kelak.
“Bu,, aku jalan dulu
yah ,” pamitku kepad ibu
“Wi.. ini bekal makan
siang mu, ibu sudah buatkan menu special yang kamu minta. Pasti kamu suka”
“Iya bu, makasih. Aku pasti
suka dengan masakan buatakan ibu, karena dibuat dengan rasa cinta” gombalku
pada ibu
“Aah.. kamu bisa saja ,
sudah sana lekas pergi. Kasian ayah sudah menunggu didepan”
“Baik bu”
Akupun segera keluar
untuk menemui ayah, dengan membawa serta helm, masker , tas bekal serta tas
punggung. Diluar ayah sudah siap semua dengan perlengkapan berkendaranya. Yakni
memakai sepatu, helm, masker dan tak
lupa sarung tangan yang sifatnya bisa menghindari panasnya sinar matahari yang
bisa mebuat tangan kita belang dan mengcegah pergesekan tangan dengan aspal
bila suatu saat terjatuh. Setidaknya dengan memakai sarung tangan bisa
meminimalisir luka yang akan kita alami.
“Ayo wi, sudah semakin
sing, kita belum tahu medan dijalan seperti apa. Kamu ini lama
sekali sih..”dengan
suara agak tinggi ayah menasehatiku
“Iya ayah, maaf.”
Lalu kami segera berangkat
karena hari sudah semakin siang. Di tengah
perjalan menuju lokasi sekolah, kulihat ada atrian panjang kendaaarn bermotor,
baik itu roda dua maupun roda empat. Biasanya memang sering terjadi apalagi
bila melewati pasar dan traffic light yang lumayan lama. Tak heran bila disana
banyak sekali petugas lalu lintas yang bersiaga disana, bahkan mereka juga
menertibkan para pengendara yang bandel untuk melawan arus. Karena itu sangat
berbahaya bagi mereka.
Setelah kami berada di
depan traffic light ternyata kemacetan tersebut dikarenakan adanya razia yang
biasa disebut operasi patuh jaya , yakni kegiatan yang dilakukan oleh
kepolisian gabungan yang sifatnya sebenarnya baik, namun sebagian warga ada
yang tidak stuju aka nada nya kegiatan ini. Padahal ini bertujuan untuk
menciptakan keadaan yang harmonis dan kenyamanan berlalu lintas. Biasanya razia
ini meliputi pemeriksaan SIM (Surat Ijin Mengemudi) , STNK ( Surat Tanda Kendaraan
Bermotor) dan terkadang KTP ( Kartu Tanda penduduk). Namun ada hal lain yang
membuatku berkesan pada mereka petuga kepolisian. Yakni razia helm, helm itu
sangat penting dalam berkendara. Karena dengan begitu helm bisa mengurangi
resiko yang diterima bila terjadi kecelakaan. Namun tak semua orang sependapat
dengan pernyataan itu.
“Ternyata ini macet
karena ada razia ya yah?” tanyaku pada ayah
“Iya Wi, disini banyak
banget tyang melawan arus , apalagi itu banyak yang gak pakai helm. Kamu jangan
pernah melepaskan helm ya wi kalau masih berkendara atau berada diatas motor”
nasehat ayah
“Iya yah, aku gak
berani. Ngeri banget, apalagi kalau liat berita di televisi tentang kecelakaan.
Ihh,, suka gak doyan makan kalau sampai lihat yah” ujarku
Sesampainya disekolah
aku bergegas masuk kelas karena kurang lima menit lagi jam masuk sekolah
dimulai. Sebelum kegiatan belajar
mengajar selesai aku selalu mengabari ayah setengah jam sebelumnya untuk
memberitahukan kalau aku sudah mau pulang. Untuk menghindari situasi jalan yang
terkadang sangat padat. Setelah menjalani
belajar seharian, aku menuju kantin untuk sekedar membeli minuman sambil
menunggu ayah. Tiba-tiba ada sosok canti yang datang menghampiri ku.
“Dek, kaka boleh duduk
sini ?”tanya nya
“Iya ka silahkan. Saya juga Cuma sebentar kok. Nunggu
jemputan”balasku
“Dijemput pacarnya yah
? sama kaka juga”
“Ga kak , dijemput
ayah, kenalin namaku dwi, panggil aja uwi”
“Namaku henny, kamu
anak baru yah disini? Kayaknya aku baru lihat”tanyanya
“Iya ka, aku baru masuk
tahun ajaran ini. Kalau boleh tau kaka dijemput pakai apa?”
“Motor de,mobil pacar
kaka lagi rusak, udah setengah jam kaka nunggu tapi belum muncul.ditelepon juga
gak diangkat” jelasnya
“Yaudah ka, sabar aja. Jangan
ditelepon terus kasian lagi dijalan. Gak baik juga berkendara sambil pegang
hape”nasehatku
“Iya. Kaka juga sih,
terkadang kaka malah main hape di atas motor,dia ibarat pacar kedua kaka,
sehidup semati deh pokoknya “ujarnya
“Aduh ka, udah deh,
kurangin main hape saat berkendara. Bisa bahaya loh, efeknya ga Cuma diri
sendiri tapi bisa bikin orang lain rugi juga.”
“Ahh kamu , memang kamu
tahu apa dengan hape, baru masuk sekolah yg lebih atas sudah berani memberiku
nasehat. Sudahlah, jemputan saya sudah datang. Makasih sudah nemenin aku dalam
menunggu”ujar ka Henny
Tiba-tiba kaka kelasku
tak terima saat kunasehati,padahal maksud hati baik,tidak ada maksud untuk
menggurui. Yasudahlah setidaknya saya sudah memperingatkan dia. Dan kulihat
dari kejauhan kaka itu tidak memekai helm saat bejalan dengan pacarnya. Itu helm
hanya dikalungkan ditangan kirinya sedang tangan kanan memegang gadget yang
menurutnya pacar kedua.
Tak berselang lama ayah
datang dan aku menceritakan hal itu pada ayah,
“Ayah, salah gak sih
aku nasehatin otang yang baru ku kenal? Tapi orang itu gak terima dengan
nasihat kita, padahal maskudnya itu baik”tanyaku
“Gak salah nak, mungkin
penyampaian kamu dalam menasehatinya salah. Sudah gak usah diambik hati.yang
penting kamu sudah menasehatinya”
Baru beberapa kilo kami
jalan tiba-tiba ada keramaian di sudut kanan jalan, ayah mencoba mengetahui apa
yang terjadi. Dan ternyata kecalakaan tunggal terjadi pada sepasang kekasih. Kuperjelas
lagi siapa sosok si korban ternyata Ka henny, sosok yang kutemui di kantin
sekolah.. innalillahi… ternyata dia korban kecelakaaan itu. Aku langsung
berinisiatif untuk segera menolongnya karena orang-orang disekitar kejadian
hanya melihat nya saja, tak ada yang berani membawanya ke rumah sakit.
“Ayah..kita harus
tolong orang ini. Dia yang aku temui disekolah tadi.”pintaku panic
“Yasudah ayah
pinggirkan motor ini. Dan telepon ambulance “
“Ya allah kaka, kenapa
bisa seperti ini. Aku ga tega lihat kaka, bangun ka”
Tak berselang lama
ambulance datang bersama petugas dibantu para pengendara dan warga sekitar
mengantarkan korban ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit ada laki-laki
yang menghampiriku
“Mba.. si korban ini
hampir dijambret selagi dilampu merah, karena korban asyik dengan hape nya. Tapi
si cowok nya berusaha halangi si jambret itu dengan mengejarnya sampai dia lepas
kendali dan menghantam pembatas jalan. Karena saking kencang nya si cwe terlemppar dari
motor dan membentur aspal , terlebih lagi korban tidak memakai helm. Apa mba
kenal dengan wanita ini dan pasangannya?”tanya seorang warga sambil menyerahkan
gadget ka henny padaku.
Entah harus berkata
apa, mulut ini terasa kelu saat ingin menjawab seaakan apa yang aku katakan
padanya benar benar terjadi. Semua yang aku takuti nyata dan aku mengalami sendiri.
“Ya Mas, saya kenal
dengan korban ini. Dia kaka kelas saya di sekolah,sebelum kejadian saya bertemu
dengannya dan menasehati agar tidak memainkan gadgetnya saat berada diatas motor
walaupun posisi kita sebagai penumpang, saya sangat menyayangkan kala itu. Karena
beliau tidak mengindahkan nasihat saya. Dan terjadi lah seperti ini.” Sesalku tiada
arti lagi
“Semua sudah berlalu
mba,gak ada gunanya mba nangis, semua sudah terjadi. Biarlah ini menjadi
pembelajaran kita nanti nya agar kebih menghargai pendapat orang. Karena dibalik
itu semua ada maksud tersendiri yang berpengaruh terhadap kit. Kita sama-sama
berdoa supaya korban segera sadar. Karena saya tadi mendengar korban mengalami
pendarahan hebat dibagian kepala. Di tambah lagi tidak memaki helm. Resiko yang dialami akan semain besar dan kemungkinan untuk ingat kecil sekali.”
“Iya mas, maksih yah,
saya tidak akan memafkan diri saya bila itu terjadi pada saya. Apalagi pada
keluarga saya. Lebih bijak lagi menggunakan gadget dan jangan terlalu fanatic apalagi
menjadikan gadget sebagai pacar kedua. Karena beliau sempat bilang sama saya
kalau gadget adalah pacar kedua, sehidup semati kita bersama. Itu kata kata
yang masih saya ingat.”.
“Saya sudah kabari
pihak kelurganya, saya titip barang barang korban. Bila nanti butuh saksi atas
kejadian ini saya siap.saya mohon ijin pamit pulang karena saya ada keperluan
lain. Ini nomer telepon saya , mba bisa hubungi saya ke nomer itu yah” ujar si
pemuda yang membantu menolong ka henny
“Terima kasih ya mas sekali lagi, akan saya sampaikan kebaikan
mas kepada kelurag korban. Mewakili keluarga korban, saya minta maff dan terim
kasih sudah mengantarkan korban”
“Iya mba, sama-sama . sesame
muslim sudah selayaknya kit saling membantu”
Lalu beberapa dri
mereka mulai meningglkan rumah sakit. Aku dan ayah hanya bisa duduk menunggu di
depan pintu ICU.sambil menunggu keluraga korban.kemudian muncul dari balik
pintu seorang dokter dan perawatnya dengan wajah yang tanpa harapan.
“Bapak keluarga dari si
korban ?”tanya dokter itu
“Bukan pak, kami hanya
menolong,tapi anak saya kenal dengan korban wanitanya. Gimana dengan kondisi
korban dok?” tanya ayah kepada dokter
“Lebih baik bapak ikut
keruangan saya. Ada hal penting yang mau saya bicarakan”ajak dokter itu sambil
menuju ruangannya
“Jadi begini pak,
korban Wanita kehilangan banyak sekali darah,kami membutuhkan donor darah yang
cocok, tapi sebelumnya kami harus melakukan operasi terhadap tangannya. Karena sebagian
tangannya tidak berfungsi dan harus segera diamputasi dan adanya pembekuan
darah dibagian kepala juga. Jadi saya harus mendapat persetujuan dari pihak
keluarga bila tidak nyawa korban tidak bisa diselamatkan” tutur dokter yang
menangani korban
“Dan untuk korban
lelaki hanya mengalami patah tulang dibagian kaki tidak terlalu berat dan
benturan dikepala tidak terlalu parah. Karena madih terlindungi oleh helm yang
dikenakannya.”
“Sebaiknya kita
menunggu pihak keluarga saja yah pak, karena resiko nya terlalu besar saya
tidak berani untuk hal ini.”ujar ayah .
Dan aku tak kuasa
menahan pilu dan derai air mata , entah apa yang akan terjadi bila semua
rencana operasi berjalan tidak mulus,
dan tergantung pada keajaiban yang berpihak padanya. Namun sebelum operasi
dilakukan korban telah menghembuskan nafas terkahirnya. Dan pergi untuk
selamanya. Tak bisa kubayangkan betapa sakitnya dan hancurnya perasaan keluarga
bila mengtahui hal ini.
Rasa emosi,kecewa sedih
semua bercampur menjadi satu.dan tak bisa dituliskan dalam satu
katpun.penyesalan memang datang belakangan. Tak ada yang bisa menghindari
kehendak tuhan. Manusi hanya bisa berencana, tapi tuhan yang memutuskan.
Terlepas dari kejadian itu
,aku banyak belajar bahwa kita harus menjadi pendengar yang baik. walaupun kita
belum belum saling kenal. Yakinlah setiap kebaikan yang kita berikan kepada
orang lain walau sifatnya hanya menasehati tapi akan berbuah baik kepada kita.