Minggu, 01 November 2015

Cintaku Sehidup (Namun Tak) Semati

Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen ‘Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan.’ #SafetyFirst Diselenggarakan oleh Yayasan Astra-Hoda Motor dan Nulisbuku.com  


Matahari mulai menampakan cahayanya, tanda bahwa hari sudah pagi.  kali ini aku diantar oleh ayah untuk mengawali aktivitasku. Setelah melewati libur panjang yang begitu berarti. Dalam setiap aktivitas tak pernah kulewatkan untuk berdoa dan mengucap syukur atas nikmat yang kuterima hari ini. Karena setiap hari aka nada nikmat yang berbeda yang selalu kita rasakan walau terkadang kita tak tau entah lewat siapa nikmat itu akan sampai kepada kita.

“Wi..Wi.. kamu mau jalan jam berapa? Ayah sudah kesiangan nih” teriak ayah dari halaman
“Iya ayah, aku berangkat sekarang.Aku turun” bergegas mengambil tas dan segala perlengkapannya

Dug..dug.dug aku melangkah cepat menuruni anak tangga,karena kulihat jam sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh menit. Sedangkan aku harus tiba disekolah sebelum pukul tujuh.

“Duh wi.. hati hati kalau menuruni tangga, nanti kalau kamu kepelesetgiman?” tegur ibu padaku

“Iya bu, maaf, uwi terburu buru, abis ayah memanggilku dari halaman, dan aku juga udah kesiangan bu”jawabku.

“Iya nak, tapi hati hati lah.. nanti kalau jatuh juga kamu yang rugi , gak bisa berangkat kesekolah loh” balas ibu

“Iya bu, besok gak lagi – lagi deh” bujukku sambil mengecup kening dan tangan ibu.

Semua kulakukan sebelum berangkat kesekolah. Karena sudah menjadi kebiasaan dalam keluargaku. Menandakan sopan santun kepada orangtua dan akan terus mengalir hingga nanti aku menikah dan akan aku ajarkan kepada anak-anakku kelak.
“Bu,, aku jalan dulu yah ,” pamitku kepad ibu

“Wi.. ini bekal makan siang mu, ibu sudah buatkan menu special yang kamu minta. Pasti kamu suka”

“Iya bu, makasih. Aku pasti suka dengan masakan buatakan ibu, karena dibuat dengan rasa cinta” gombalku pada ibu

“Aah.. kamu bisa saja , sudah sana lekas pergi. Kasian ayah sudah menunggu didepan”
“Baik bu”

Akupun segera keluar untuk menemui ayah, dengan membawa serta helm, masker , tas bekal serta tas punggung. Diluar ayah sudah siap semua dengan perlengkapan berkendaranya. Yakni memakai sepatu, helm, masker dan  tak lupa sarung tangan yang sifatnya bisa menghindari panasnya sinar matahari yang bisa mebuat tangan kita belang dan mengcegah pergesekan tangan dengan aspal bila suatu saat terjatuh. Setidaknya dengan memakai sarung tangan bisa meminimalisir luka yang akan kita alami.

“Ayo wi, sudah semakin sing, kita belum tahu medan dijalan seperti apa. Kamu ini lama 
sekali sih..”dengan suara agak tinggi ayah menasehatiku
“Iya ayah, maaf.”

Lalu kami segera berangkat karena  hari sudah semakin siang. Di tengah perjalan menuju lokasi sekolah, kulihat ada atrian panjang kendaaarn bermotor, baik itu roda dua maupun roda empat. Biasanya memang sering terjadi apalagi bila melewati pasar dan traffic light yang lumayan lama. Tak heran bila disana banyak sekali petugas lalu lintas yang bersiaga disana, bahkan mereka juga menertibkan para pengendara yang bandel untuk melawan arus. Karena itu sangat berbahaya bagi mereka.

Setelah kami berada di depan traffic light ternyata kemacetan tersebut dikarenakan adanya razia yang biasa disebut operasi patuh jaya , yakni kegiatan yang dilakukan oleh kepolisian gabungan yang sifatnya sebenarnya baik, namun sebagian warga ada yang tidak stuju aka nada nya kegiatan ini. Padahal ini bertujuan untuk menciptakan keadaan yang harmonis dan kenyamanan berlalu lintas. Biasanya razia ini meliputi pemeriksaan SIM (Surat Ijin Mengemudi) , STNK ( Surat Tanda Kendaraan Bermotor) dan terkadang KTP ( Kartu Tanda penduduk). Namun ada hal lain yang membuatku berkesan pada mereka petuga kepolisian. Yakni razia helm, helm itu sangat penting dalam berkendara. Karena dengan begitu helm bisa mengurangi resiko yang diterima bila terjadi kecelakaan. Namun tak semua orang sependapat dengan pernyataan itu.

“Ternyata ini macet karena ada razia ya yah?” tanyaku pada ayah

“Iya Wi, disini banyak banget tyang melawan arus , apalagi itu banyak yang gak pakai helm. Kamu jangan pernah melepaskan helm ya wi kalau masih berkendara atau berada diatas motor” nasehat ayah

“Iya yah, aku gak berani. Ngeri banget, apalagi kalau liat berita di televisi tentang kecelakaan. Ihh,, suka gak doyan makan kalau sampai lihat yah”  ujarku

Sesampainya disekolah aku bergegas masuk kelas karena kurang lima menit lagi jam masuk sekolah dimulai. Sebelum  kegiatan belajar mengajar selesai aku selalu mengabari ayah setengah jam sebelumnya untuk memberitahukan kalau aku sudah mau pulang. Untuk menghindari situasi jalan yang terkadang sangat padat. Setelah menjalani belajar seharian, aku menuju kantin untuk sekedar membeli minuman sambil menunggu ayah. Tiba-tiba ada sosok canti yang datang menghampiri ku.

“Dek, kaka boleh duduk sini ?”tanya nya

“Iya ka  silahkan. Saya juga Cuma sebentar kok. Nunggu jemputan”balasku

“Dijemput pacarnya yah ? sama kaka juga”

“Ga kak , dijemput ayah, kenalin namaku dwi, panggil aja uwi”

“Namaku henny, kamu anak baru yah disini? Kayaknya aku baru lihat”tanyanya

“Iya ka, aku baru masuk tahun ajaran ini. Kalau boleh tau kaka dijemput pakai apa?”

“Motor de,mobil pacar kaka lagi rusak, udah setengah jam kaka nunggu tapi belum muncul.ditelepon juga gak diangkat” jelasnya

“Yaudah ka, sabar aja. Jangan ditelepon terus kasian lagi dijalan. Gak baik juga berkendara sambil pegang hape”nasehatku

“Iya. Kaka juga sih, terkadang kaka malah main hape di atas motor,dia ibarat pacar kedua kaka, sehidup semati deh pokoknya “ujarnya

“Aduh ka, udah deh, kurangin main hape saat berkendara. Bisa bahaya loh, efeknya ga Cuma diri sendiri tapi bisa bikin orang lain rugi juga.”

“Ahh kamu , memang kamu tahu apa dengan hape, baru masuk sekolah yg lebih atas sudah berani memberiku nasehat. Sudahlah, jemputan saya sudah datang. Makasih sudah nemenin aku dalam menunggu”ujar ka Henny

Tiba-tiba kaka kelasku tak terima saat kunasehati,padahal maksud hati baik,tidak ada maksud untuk menggurui. Yasudahlah setidaknya saya sudah memperingatkan dia. Dan kulihat dari kejauhan kaka itu tidak memekai helm saat bejalan dengan pacarnya. Itu helm hanya dikalungkan ditangan kirinya sedang tangan kanan memegang gadget yang menurutnya pacar kedua.

Tak berselang lama ayah datang dan aku menceritakan hal itu pada ayah,
“Ayah, salah gak sih aku nasehatin otang yang baru ku kenal? Tapi orang itu gak terima dengan nasihat kita, padahal maskudnya itu baik”tanyaku

“Gak salah nak, mungkin penyampaian kamu dalam menasehatinya salah. Sudah gak usah diambik hati.yang penting kamu sudah menasehatinya”

Baru beberapa kilo kami jalan tiba-tiba ada keramaian di sudut kanan jalan, ayah mencoba mengetahui apa yang terjadi. Dan ternyata kecalakaan tunggal terjadi pada sepasang kekasih. Kuperjelas lagi siapa sosok si korban ternyata Ka henny, sosok yang kutemui di kantin sekolah.. innalillahi… ternyata dia korban kecelakaaan itu. Aku langsung berinisiatif untuk segera menolongnya karena orang-orang disekitar kejadian hanya melihat nya saja, tak ada yang berani membawanya ke rumah sakit.

“Ayah..kita harus tolong orang ini. Dia yang aku temui disekolah tadi.”pintaku panic

“Yasudah ayah pinggirkan motor ini. Dan telepon ambulance “

“Ya allah kaka, kenapa bisa seperti ini. Aku ga tega lihat kaka, bangun ka”
Tak berselang lama ambulance datang bersama petugas dibantu para pengendara dan warga sekitar mengantarkan korban ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit ada laki-laki yang menghampiriku

“Mba.. si korban ini hampir dijambret selagi dilampu merah, karena korban asyik dengan hape nya. Tapi si cowok nya berusaha halangi si jambret itu dengan mengejarnya sampai dia lepas kendali dan menghantam pembatas jalan. Karena  saking kencang nya si cwe terlemppar dari motor dan membentur aspal , terlebih lagi korban tidak memakai helm. Apa mba kenal dengan wanita ini dan pasangannya?”tanya seorang warga sambil menyerahkan gadget ka henny padaku.
Entah harus berkata apa, mulut ini terasa kelu saat ingin menjawab seaakan apa yang aku katakan padanya benar benar terjadi. Semua yang aku takuti nyata dan aku mengalami sendiri.

“Ya Mas, saya kenal dengan korban ini. Dia kaka kelas saya di sekolah,sebelum kejadian saya bertemu dengannya dan menasehati agar tidak memainkan gadgetnya saat berada diatas motor walaupun posisi kita sebagai penumpang, saya sangat menyayangkan kala itu. Karena beliau tidak mengindahkan nasihat saya. Dan terjadi lah seperti ini.” Sesalku tiada arti lagi

“Semua sudah berlalu mba,gak ada gunanya mba nangis, semua sudah terjadi. Biarlah ini menjadi pembelajaran kita nanti nya agar kebih menghargai pendapat orang. Karena dibalik itu semua ada maksud tersendiri yang berpengaruh terhadap kit. Kita sama-sama berdoa supaya korban segera sadar. Karena saya tadi mendengar korban mengalami pendarahan hebat dibagian kepala. Di tambah lagi tidak memaki helm. Resiko yang dialami akan semain besar dan kemungkinan untuk ingat kecil sekali.”

“Iya mas, maksih yah, saya tidak akan memafkan diri saya bila itu terjadi pada saya. Apalagi pada keluarga saya. Lebih bijak lagi menggunakan gadget dan jangan terlalu fanatic apalagi menjadikan gadget sebagai pacar kedua. Karena beliau sempat bilang sama saya kalau gadget adalah pacar kedua, sehidup semati kita bersama. Itu kata kata yang masih saya ingat.”.

“Saya sudah kabari pihak kelurganya, saya titip barang barang korban. Bila nanti butuh saksi atas kejadian ini saya siap.saya mohon ijin pamit pulang karena saya ada keperluan lain. Ini nomer telepon saya , mba bisa hubungi saya ke nomer itu yah” ujar si pemuda yang membantu menolong ka henny

“Terima kasih ya  mas sekali lagi, akan saya sampaikan kebaikan mas kepada kelurag korban. Mewakili keluarga korban, saya minta maff dan terim kasih sudah mengantarkan korban”

“Iya mba, sama-sama . sesame muslim sudah selayaknya kit saling membantu”
Lalu beberapa dri mereka mulai meningglkan rumah sakit. Aku dan ayah hanya bisa duduk menunggu di depan pintu ICU.sambil menunggu keluraga korban.kemudian muncul dari balik pintu seorang dokter dan perawatnya dengan wajah yang tanpa harapan.

“Bapak keluarga dari si korban ?”tanya dokter itu

“Bukan pak, kami hanya menolong,tapi anak saya kenal dengan korban wanitanya. Gimana dengan kondisi korban dok?” tanya ayah kepada dokter

“Lebih baik bapak ikut keruangan saya. Ada hal penting yang mau saya bicarakan”ajak dokter itu sambil menuju ruangannya

“Jadi begini pak, korban Wanita kehilangan banyak sekali darah,kami membutuhkan donor darah yang cocok, tapi sebelumnya kami harus melakukan operasi terhadap tangannya. Karena sebagian tangannya tidak berfungsi dan harus segera diamputasi dan adanya pembekuan darah dibagian kepala juga. Jadi saya harus mendapat persetujuan dari pihak keluarga bila tidak nyawa korban tidak bisa diselamatkan” tutur dokter yang menangani korban

“Dan untuk korban lelaki hanya mengalami patah tulang dibagian kaki tidak terlalu berat dan benturan dikepala tidak terlalu parah. Karena madih terlindungi oleh helm yang dikenakannya.”
“Sebaiknya kita menunggu pihak keluarga saja yah pak, karena resiko nya terlalu besar saya tidak berani untuk hal ini.”ujar ayah .

Dan aku tak kuasa menahan pilu dan derai air mata , entah apa yang akan terjadi bila semua rencana operasi berjalan  tidak mulus, dan tergantung pada keajaiban yang berpihak padanya. Namun sebelum operasi dilakukan korban telah menghembuskan nafas terkahirnya. Dan pergi untuk selamanya. Tak bisa kubayangkan betapa sakitnya dan hancurnya perasaan keluarga bila mengtahui hal ini.

Rasa emosi,kecewa sedih semua bercampur menjadi satu.dan tak bisa dituliskan dalam satu katpun.penyesalan memang datang belakangan. Tak ada yang bisa menghindari kehendak tuhan. Manusi hanya bisa berencana, tapi tuhan yang memutuskan.
Terlepas dari kejadian itu ,aku banyak belajar bahwa kita harus menjadi pendengar yang baik. walaupun kita belum belum saling kenal. Yakinlah setiap kebaikan yang kita berikan kepada orang lain walau sifatnya hanya menasehati tapi akan berbuah baik kepada kita.

Tidak ada komentar: